Skip to main content

Catatan Traveler #1 Pulau Sangiang, Banten, Indonesia

Indonesia.
Negeri nya indah dan elok.
Pulau-pulaunya ribuan, mengapung di lautan.
Garis pantainya panjang, 
Gunung-gunung berjejer membentuk kompleks pegunungan, aktif maupun pasif. 
Semuanya tersusun menjadi relief-relief muka bumi yang tak ternilai lagi keindahannya.



Salah satu keindahannya ada di tanah Banten, sebelah barat pulau Jawa. Sebuah pulau indah di perairan Selat Sunda.. Pulau Sangiang, Selat Sunda, Banten, Indonesia :)

Perkenalkan saya Wahyu Widi Astuti, Mahasiswa Geografi UI angkatan 2014 ingin berbagi cerita dan pengalaman saya berlibur di pulau ini. Sebelumnya pengantar dulu yaa. Travelling kali ini sebagian besar disponsori oleh organisasi KSG UI (Kelompok Studi Geografi Universitas Indonesia) dalam rangkaian acara JJAT (Jalan-Jalan Akhir Tahun) kepengurusan KSG UI tahun 2015. Kalau biasanya open trip ke Pulau-Pulau yang ada di selat Sunda itu membutuhkan biaya sekitar 300.000 s/d 700.000 rupiah untuk 2-3 hari, kita (anggota KSG UI) hanya mengeluarkan biaya 200.000 rupiah saja. Sudah termasuk transportasi dari meeting point ke Pulau, makan, dan penginapan. Cukup murah bukan? :’)  Inti dari acara JJAT ini selain jalan-jalan dan refreshing habis UAS sebenarnya adalah Evaluasi kepengurusan KSG UI periode 2015 dan Musyawarah pemilihan ketua KSG UI periode 2016. Langsung saja yaa, check it dot :)


Acara JJAT ini berlangsung dari tanggal  28-31 Desember 2015. Kita berangkat ke pulau menggunakan transportasi darat berupa kereta, angkot dan transportasi laut berupa kapal kecil untuk menyebrang pulau. Meeting point nya di Stasiun Tanah Abang tanggal 28 Desember 2015 malam pukul 20.00 WIB. Saya berangkat dari Depok pukul setengah 8 malam setelah Sholat Isya bersama teman-teman yang juga berangkat dari Depok. Kita berangkat naik Commuter Line dari Stasiun Pondok Cina tujuan Tanah Abang. Sampai tanah abang sekitar pukul setengah 9 malam. Telat memang dari waktu janjian, hehe :”) Tapi setelah tahu bahwa kereta menuju Cilegon, Banten berangkatnya pukul 22.30 jadi kezel seneng sedih gimanaa gitu. (Sebenarnya dibuat janjian pukul 20.00 WIB supaya tidak telat-telat banget nanti naik keretanya. Karena kalau tertinggal kereta bisa berabe urusannya, tidak jadi liburan hehe :D). Disisi lain sedih karena di negara ini budaya telat itu sudah biasa. Janjian pukul 8 baru pada sampai pukul setengah 10. Huft. Mungkin pepatah “Waktu adalah uang” belum teresapi dengan baik di benak orang-orang Indonesia. Kita sebenarnya bisa belajar dan berkaca pada negara Jepang yang sangat menghargai yang namanya waktu :) Namun, mungkin butuh proses untuk bisa menerapkannya. Kalau kata guru Bahasa Jerman di SMA saya, “Untuk merubah negara sebesar ini, harus dimulai dari diri sendiri”. Yap, bener banget! Sebelum mengingatkan orang lain “jangan telat”, kita juga tidak boleh telat dong tentunya :)

Setelah sampai di Stasiun Tanah Abang (tepatnya di dekat loket masuk ), kita mesti menunggu kereta datang yang kabarnya tiba jam 22.30 WIB. Sebagian besar dari kami  membeli makanan terlebih dahulu untuk makan malam dan sarapan besok pagi. Karena biaya 200.000 itu tidak termasuk makan malam di tanggal 28 dan juga sarapan pagi di tanggal 29. Setelah pukul 22.00 kami dapat kabar yang cukup mengecewakan dari pihak stasiun. Bahwa kereta akan delay 3 jam dengan alasan yang tidak kami ketahui. Itu berarti bahwa kereta bukan datang pukul setengah sebelas malam, tapi pukul setengah 2 dini hari. Huaaahh bête pun menghiasi wajah-wajah kami. Lihat lah keterlantaran kami ini :D 


(Stasiun Tanah Abang. Foto oleh Ramzy Damasetio)


Dan pada kenyataannya, kereta bukan sampai pukul setengah 2 dini hari, tapi pukul 2 dini hari. Hemm :( Kereta datang, wajah kami langsung sumringah,sambil bercibir tentunya “Pantesan delay, keretanya aja jalannya lama banget, udah kayak kelomang” – Luluun, Geo’14

Kereta kita merupakan Kereta Krakatau kelas ekonomi tujuan Cilegon (kode 165), tepatnya di gerbong 1. Ketika masuk kereta dan menempati tempat duduk masing-masing, banyak yang langsung terlelap tidur, namun ada juga yang masih berkeliaran mondar-mandir (read: nyari & minta makanan). Kereta ini cukup nyaman, AC dan kamar mandi berfungsi dengan semestinya. Hanya bangkunya saja yang keras sehngga kurang nyaman untuk tidur, maklum kelas ekonomi :D. Tapi tidak terlalu menjadi masalah untuk kami. Saya tetap terlelap sampai akhirnya Pukul 5 pagi ada teman yang membangunkan saya (lupa siapa) untuk Sholat Subuh. Kami sholat Subuh di kereta dalam keadaan duduk. Ini adalah salah satu bagian yang saya suka di perjalanan ini. Karena tidak semua rombongan perjalanan tetap memerhatikan yang namanya “ibadah” ketika melakukan sebuah perjalanan liburan :)



Kereta akhirnya sampai di Stasiun Cilegon tanggal 29 Desember 2015 sekitar pukul setengah 7 pagi. Setelah keluar dari stasiun, ada 3 angkot yang sudah berjejer di depan stasiun. Angkot itu merupakan angkot yang disarter oleh panitia untuk mengantarkan kami ke Pelabuhan Anyer, Banten. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk menuju ke Pelabuhan Anyer. Di sepanjang perjalanan banyak sekali kawasan industri yang kami lewati. Misalnya kawasan industri Krakatau Steel, Semen Padang, Semen Holcim, dan lain-lain. Jadi tidak heran jika polusi udara di kota ini lumayan parah. Asap-asap berwarna hitam pekat menjulang ke langit keluar dari cerobong-cerobong asap yang tingginya terlalu rendah dengan permukaan tanah. Hanya ada rumah, pasar, dan kawasan industri saja yang dapat saya temui di perjalanan sepanjang menuju pelabuhan. Dan inilah wajah pelabuhan yang akan menjadi titik awal saya mengarungi lautan luas. 



( Pelabuhan Anyer Lor)

Kami naik kapal kecil penduduk Pulau Sangiang yang sudah sedari tadi berlabuh di pelabuhan Anyer. Ada 3 kapal yang disewa oleh Panitia. Satu kapalnya memiliki kapasitas kurang lebih 15 orang. 




(Ukuran kapalnya ¼ lebih kecil dari yang saya foto)

Setelah semuanya sudah dipastikan naik ke atas kapal, kami pun langsung berangkat menuju Pulau Sangiang Banten. Yeaayy rasa takut, takjub, senang, becampur aduk menjadi satu. Takut karena baru pertama kali naik kapal kecil di lautan luas  (jarak antara badan dan air laut hanya kurang dari 1 meter). Takjub karena melihat indahya ciptaan Allah SWT yaitu lautan yang biru sepanjang mata memandang. Senang karena bisa melakukan perjalanan ini dengan teman-teman tercinta yang asik <3.

 

 

Ombak pagi itu sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu tenang. Namun bisa dikatakan lebih ke tenang. Kami sangat menikmati pemandangan sepanjang perjalanan laut menuju pulau. Awalnya kami melihat kawasan-kawasan industri  yang masih terlihat di pinggir-pinggir pelabuhan. Mulai menjauh dari pelabuhan, mulai terlihat kapal-kapal tanker besar yang menurut prediksi saya dan teman-teman adalah kapal tambang. Tambang minyak bumi dan gas alam sepertinya.  

 (Kapal Tanker di Perairan Selat Sunda. Photo by: Nadzira Fadhillah)

 

Kapal-kapal itu diam, tidak bergerak maupun berjalan. Sedang menyedot minyak dan gas di dasar laut, pikirku. Aku sempat membaca salah satu kapal besar tersebut bertuliskan “LPG”. Oooh gas LPG awalnya ngambil disini toh :D. Makin menjauh lagi dari pelabuhan beberapa pulau mulai nampak terlihat. Ada yang menyebut yang terlihat itu Gunung Krakatau, Anak Krakatau, Pulau Sebesi, dll. Entah, aku tidak terlalu mempedulikannya. Yang menjadi perhatianku saat itu adalah sebuah pulau cukup besar yang ada didepan mata yang semakin lama semakin dekat saja. Yaps, Pulau Sangiang. Pulaunya cukup besar, garis pantainya banyak, namun tempat pertama yang kami  kunjungi adalah pelabuhan Pulau Sangiang. Dimana disana terdapat beberapa homestay warga penduduk Sangiang yang akan menjadi tempat penginapan kami beberapa hari kedepan. Sebelumnya kami melewati hutan bakau terlebih dahulu. Karang-karang yang ada dibawah bisa terlihat dengan cukup jelas karena saking jernihnya air. 


(Hutan Bakau sebelum masuk Pulau Sangiang. Gambar oleh Wahyu Widi Astuti (atas) dan Nadzira Fadhillah (bawah))

Dan akhirnya tidak lama kemudian kami telah sampai di Pulau Sangiang dan disambut oleh warga-warga yang ramah-ramah :)


(Pintu Selamat Datang Pulau Sangiang)


Jika kebanyakan orang menulis di blog “agak terkejut” dengan kondisi rumah-rumah warga disini, saya sudah tidak begitu terkejut lagi karena sebelum ke sini saya menyempatkan untuk membaca beberapa blog yang menceritakan tentang pulau ini. Menurut blog yang pernah saya baca, total penduduk yang tinggal di pulau ini berjumlah 45 orang. Memang saat saya kesana pun terlihat sangat sedikit orang-orangnya dan kebanyakan itu adalah laki-laki. Selama disana saya jarang melihat perempuan kecuali ibu-ibu dan anak kecil perempuan. Bahkan saya tidak pernah melihat remaja perempuan yang seusia dengan saya dan teman-teman dari KSG UI. Rumah penduduk disana juga masih sangat sederhana. Rumah berupa rumah panggung yang terbuat dari potongan-potongan kayu. Rombongan kami menyewa 2 rumah warga untuk djadikan penginapan kami 2 hari kedepan. Satu untuk perempuan dan satunya lagi untuk laki-laki. Dan karena rumah penduduk di pulau ini masih sedikit, MCK pun juga terbatas. Hanya ada 4 MCK di satu pulau (3 yang berpintu dan 1 yang bertirai). Listrik pun juga perlu menjadi catatan nih. Listrik hanya nyala dari pukul 6 sore sampai 3 pagi. Terkadang jika dibutuhkan pukul 6 pagi listrik dinyalakan lagi untuk keperluan mandi dan buang air. Jadi kalau mandinya siang-siang harus nimba dulu yaa di sumur :) Pulau ini tidak terjangkau oleh PLN, listrik hanya mengandalkan Genset seadanya di beberapa rumah saja. Jadi jika ingin liburan ke pulau ini jangan harap ada fasilitas penginapan seperti hotel ataupun losmen yaa :D  Ada satu masjid untuk beribadah umat Islam di pulau ini. Namun herannya (ini bagian lainnya yang saya suka) bahwa bangunan masjid disini lebih bagus dibandingkan rumah-rumah warganya. Dindingnya dibuat permanen dan lantainya dibuat keramik. Di dekat masjid juga terdapat semacam balai untuk duduk-duduk namun permanen karena dibuat dengan tembok dan lantainya dengan keramik. Ada beberapa buku bacaan Sekolah Dasar di balai itu. Saya menyimpulkan bahwa tempat tersebut adalah taman membaca anak. Anak-anak di pulau ini sebagian ada yang bersekolah, namun sekolahnya cukup jauh yakni berada di Anyer, Banten.  Itu berarti mereka harus menyebrangi lautan terlebih dahulu selama kurang lebih 1.5-2 jam untuk bersekolah. MasyaAllah kuat sekali anak-anak ini semangatnya :) Oya satu hal penting lagi yang perlu di perhatikan jika liburan di pulau ini adalah bawa lossion anti nyamuk. Karena kalau malam banyak sekali nyamuk disini. Dan juga banyak binatang-binatang yang hidup lepas seperti anjing, kucing, kambing, dan ayam. Tapi mereka semua jinak kok. Mereka tidak akan mengganggu kita jika kita tidak mengganggu mereka :)


Beruntung rumah yang kami sewa tidak terlalu jauh dari Pelabuhan Sangiang. Setelah sampai di homestay, kami langsung menaruh barang-barang dan bergegas untuk berganti pakaian karena kegiatan selanjutnya adalah snorkeling di Lagoon Waru. Biaya peminjaman alat-alat snorkeling 30.000 rupiah termasuk pelampung, kacamata, dan alat bantu pernapasan snorkeling. Jika ingin menambah meminjam kaki katak biaya snorkeling menjadi 50.000. Kami melewati hutan bakau lagi untuk menuju ke spot snorkeling. Sejujurnya saya takut air, jadi semakin kapal tersebut menjauh dari pulau, saya semakin khawatir bahwa lokasi snorkeling berupakan laut yang dalam. Dan benar saja, kapal kami berhenti di laut yang berwarna biru agak  tua yang artinya adalah laut yang cukup dalam. Saya  sempat pikir-pikir lagi ingin melanjutkan snorkeling atau tidak karena kata teman yang sudah terlebih dahulu menceburkan diri ke laut gelombangnya sedang agak besar.  Ditambah lagi dengan saya yang tidak bisa berenang. Huft. Tapi daripada tidak mencoba sama sekali akhirnya saya mencoba memberanikan diri untuk menceburkan diri ke laut. Butuh proses memang untuk belajar teknik agar bisa dengan nyaman melihat karang-karang yang ada di bawah sana. Karena jika tidak menguasai tekniknya, snorkeling hanya terganggu dengan mata perih kemasukan air laut, tenggorokan sakit kemasukan air laut, badan luka-luka karena terkena besi kapal, terombang ambing terbawa gelombang, dll. Alhasil saya snorkeling hanya di dekat perahu saja (read: pegangan tangga perahu) hehehe. 

(Snorkling di Lagoon Waru)

`Setelah cukup puas snorkeling kami kembali ke homestay dan bersih-bersih. Setelah bersih-bersih , waktunya untuk meminum Es Degan/Es Kelapa bersama teman-teman :D. Di Pulau ini ada warung yang menyediakah es degan, bakwan, mie rebus atau mie goreng, dan berbagai es-es an. Harganya cukup murah di pulau ini meskipun agak mahal kalau di Jakarta. Es Degan 10 ribu, bakwan seribu (bakwan nya uenake poll, harus coba!), es nutrisari 5ribu, mie instan pakai telor 10ribu. Maklum, bahan makanan disini perlu diangkut pakai kapal dari pelabuhan anyer terlebih dahulu, jadi permasalahan sebenarnya adalah berat di ongkos :D 


(Habis snorkling enaknya minum es degan)


Setelah makan degan, makan siang, dan sholat zuhur kami semua kembali ke penginapan. Karena kelelahan kami terlelap tidur hingga sore. Panitia meminta agar kumpul lagi pukul 4 sore karena kami akan bermain air di Pantai yang cukup dekat dengan penginapan yaitu Pantai Pasir Panjang. Pantainya indah, pasirnya putih, banyak bukit-bukit karang, namun sangat disayangkan banyak sampah di pantainya. Sampah-sampah tersebut berupa sampah plastik bekas makanan, ranting-ranting kayu, sandal, dan lainnya. Mungkin bekas manusia-manusia yang telah lebih dahulu kesini. Memang tidak ada tempat sampah yang berbentuk “tong sampah” disini. Sehingga mungkin jika ada traveler yang ingin ke pulau ini alangkah baiknya membawa/ menghibahkan tong sampah kepada penduduk di pulau ini ^_^ 







Setelah kami puas untuk berfoto-foto dan menikmati Sunset, saatnya kembali penginapan untuk melaksanakan Shalat Maghrib sekaligus Isya sebelum berangkat ke Pantai Pasir Panjang lagi untuk acara barbeque. Sepanjang perjalanan menuju Pantai Pasir Panjang di malam hari sangat gelap, tidak ada penerangan lampu-lampu jalan seperti di desa-desa pada umumnya, jadi bagi para traveller jangan lupa untuk membawa senter ataupun headlamp ya :D


Barbeque-an di pantai Pasir Panjang cukup mengasyikkan. Kita dapat menikmati suasana pantai di malam hari dengan angin sepoi-sepoinya. Selain itu  juga kita dapat memandangi bintang di langit yang berhamburan. Disarankan untuk membawa koran atau matras untuk menjadi alas tiduran ketika di pantai. Namun jangan lupa yooo setelah barbeque-an dan menikmati bintang di pantai sampahnya di buang di tempat yang benar. Jangan di buang sembarangan. Jangan menjadi traveller yang menikmati keindahan alam sekaligus merusak alam :)


Setelah barbeque dan kembali ke penginapan barulah mulai ke acara inti dari perjalanan kami ini. Yaitu Musyawarah pemilihan ketua KSG yang baru periode 2016. Ini adalah salah satu bagian lainnya  yang saya sukai. Bukan dengan voting atau pemilihan suara terbanyak, melainkan kita melakukannya dengan musyawarah dimana semua aspek di pertimbangkan, dan semua tanggapan di terima dan selanjutnya di pertimbangkan lagi dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hingga akhirnya mendapatkan satu nama yang InsyaAllah akan menjabat setahun kedepan dengan tidak ada satupun dari anggota musyawarah yang keberatan lagi dengan terpilihnya orang tersebut. Saya  jadi ingat kembali di zaman nabi Muhammad, cara terbaik dalam memilih seorang pemimpin adalah dengan melakukan musyawarah. Musyawarah selesai dan satu nama telah terpilih. Agenda dilakukan dengan istirahat karena kata panitia keesokan harinya kita akan lanjut lagi dengan agenda lain yaitu keliling pulau dengan kapal dan juga tracking ke goa kelelawar, bukit megah, dan puncak harapan. 


Esok harinya setelah shalat Subuh, bersih-bersih diri, dan juga sarapan, kami telah siap untuk pergi mengelilingi pulau dengan kapal. Kabarnya kapal akan tiba pukul 9 pagi. Namun karena mendapat kabar dari panitia bahwa kapalnya akan tiba pukul 10, kami menunggu lagi.  Kemudian setelah pukul 10, Ada kabar lagi kapalnya akan datang pukul 11, sehingga kami menunggu lagi. Setelah pukul 11 dapat kabar lagi dari pengelola kapal bahwa salah satu kapal yang akan kita tumpangi karam dan tidak bisa datang. Sehingga akhirnya kami gagal untuk melakukan perjalanan keliling pulau dengan kapal. Jadi kegiatan yang bisa kami lakukan adalah tidur siang. Ada juga yang minum es degan, ada juga yang mengisi waktu dengan main kartu uno. Nanti jam 3 sore kami akan melanjutkan lagi perjalanan tracking ke goa kelelawar, bukit megah dan puncak harapan. 


Perjalanan tracking dilakukan bersama-sama seluruh anggota KSG. Ditemani dengan beberapa bapak tour guide (penduduk Pulau Sangiang). Disarankan jika ingin tracking menggunakan celana panjang dan baju panjang serta memakai lossion anti nyamuk karena sepanjang perjalanan akan banyak sekali nyamuk. Kami berangkat pukul 3 sore. Tujuan pertama kami adalah ke goa kelelawar. Goa kelelawar merupakan sebuah goa yang dasarnya merupakan air laut, jadi jangan bayangkan kita bisa memasukinya seperti hal nya goa pada umumnya. Konon, jika sedang beruntung kita dapat melihat hiu di goa tersebut. Seperti namanya, di goa kelelawar banyak sekali kelelawar, sehingga di dekat goa tersebut timbul bau menyengat yang mungkin bau tersebut berasal dari kotoran kelelawar yang terakumulasi selama jutaan tahun. Berikut ada fotonya: 

(Sumber foto: https://fianprasetia.files.wordpress.com/2013/11/goa-kelelawar1.jpg)



Kami hanya sebentar di goa kelelawar karena tidak tahan dengan baunya. Diatas goa kelelawar tersebut terdapat sebuah bukit yang disbut dengan bukit megah. Tempat ini merupakan spot yang sangat bagus untuk foto. Karena tempat ini merupakan sebuah tebing yang bawahnya merupakan pantai dan lautan lepas. Yaaa 11 12 lah dengan Uluwatu yang ada di Bali :D Namun, kita mesti hati-hati ketika sedang berfoto-foto ataupun selfie karena batas aman yang dibuat disini hanya dibuat dari tali tambang saja. Perjalanan dilanjutkan ke puncak Harapan. Tempat ini tidak jauh beda dengan yang ada di bukit megah. Merupakan sebuah tebing curam yang bawahnya langsung ke laut, namun dari kejauhan terlihat Pantai Pasir Panjang yang kemarin kita kunjungi.


(Bukit Megah, Pulau Sangiang, Banten, Indonesia)


Setelah dari puncak harapan, Bapak Tour Guide mengajak kami turun ke pantai yang ada dibawah tebing. Saya sempat bertanya-tanya kebingungan “Ini serius kita turun kebawah? Itu kan tinggi banget”. Memang ada tangga sih di bawah, namun sebelum menuruni tangga kita harus mnuruni beberapa bongkah batu menggunakan tali tambang besar. Ada dua orang bapak tour guide yang menjaga dan membantu kami di tebing tersebut. Saya yang memang agak sedikit takut dengan ketinggian mengurungkan niat untuk turun. Tapi melihat satu persatu teman-teman KSG mulai pada turun ke pantai dan berlari-lari main air. Itu sungguh membuat iri. Akhirnya saya memutuskan untuk turun kebawah meskipun dengan sedikit rasa takut. Ini pengalaman baru buat saya, bisa menuruni tebing hanya dengan tali dan tidak memakai safety apapun. Sangat menguji adrenalin. Bagi yang suka tantangan bisa coba spot ini :D Namun harus tetap hati-hati yaa tentunya.


Di bawah pantai terdapat banyak batu besar dan bongkahan karang-karang. Ada goa kelelawar juga disana. Entah, itu goa kelelawar yang sama dengan yang tadi kami kunjungi atau bukan, bedanya kita melihat goa itu dari sisi pantai, bukan dari sisi daratan seperti sebelumnya. Baunya tidak terlalu menyengat seperti di goa kelelawar sebelumnya. Dibawah goa tersebut masih sama, dasarnya berupa air laut. Terlihat ada banyak ikan yang berenang di bawah sana. Saking jernih airnya :D Spot ini juga sangat bagus untuk foto-foto dan menikmati sunset. Namun karena hari semakin sore, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke penginapan. Kami harus naik ke tebing tadi lagi untuk berangkat pulang. Dan itu berarti adrenalin saya di uji kembali. Haha. 




Sampai di penginapan kemudian bersih-bersih mandi, sholat maghrib dan isya, serta makan malam. Setelah itu dilanjutkan dengan acara inti kedua setelah malam sebelumnya. Evaluasi kepengurusan KSG 2015. Disini saya belajar banyak untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan orang lain dalam suatu organisasi serta cara rapat yang baik dan kondusif.


Esok harinya kami harus berangkat sangat pagi yaitu jam 6 pagi. Karena kami harus mengejar kereta dari Cilegon yang berangkatnya jam 9 pagi. Dan kami berangkat pukul setengah 7 karena ada kendala dengan kapal salah satu penduduk yang akan mengantar kami. Pagi itu ombak di laut cukup besar. Kapal kami terkoyak-koyak di tengah lautan luas. Begitu juga dengan perut kami. Baru kali ini saya merasakan eneg yang luar biasa. Mungkin ini yang namanya mabuk laut :D Saya sempat takut dan terus memanjatkan doa agar selamat sampai tujuan. Alhasil kami hanya bisa melelapkan mata untuk mengurangi rasa eneg tersebut. Rasanya lamaaa sekali di lautan. Kapal terasa tak kunjung sampai ke Pelabuhan Anyer Lor. 


Pukul setengah 9 kapal kami sampai di Pelabuhan Anyer Lor. Terlihat wajah-wajah mabuk laut kami dan lemas duduk di pinggiran jalan :D Kami netralisir dengan sarapan pagi sebelum melakukan perjalanan lagi menggunakan angkot ke Cilegon. Setelah cukup mendingan dari wabah mabuk laut kami semua naik angkot yang telah disarter oleh panitia menuju Stasiun Cilegon. Dan Alhamdulillah kami tepat waktu sampai stasiun dan langsung tukar tiket online dan masuk ke dalam kereta. Kereta cukup lengang, Alhamdulillah kami sampai Jakarta (Stasiun Tanah Abang) pukul 12.30.


Dan dengan ini liburan menyenangkan di Pulau Sangiang pun telah berakhir. Kami semua pulang kerumah masing-masing dengan  selamat. Semoga bermanfaat postingan kali ini :)




Salam

Depok, 7 Januari 2016



Wahyu Widi Astuti


 

Comments

Popular posts from this blog

#Day1: My First Flight

S abtu, 21 Mei 2016 Tokoh : Aku (widi), Kak Rahma, Iqbal, Bang Owe, Gadis Malaysia, Pelayan KFC Malaysia, Pramugari   Qatar Airways Lokasi : Depan Kampus D Universitas Gunadarma, Bandara Soekarno Hatta, Money Changer, Pesawat Lion Air, Kuala Lumpur International Airport (KLIA, Malaysia), KFC Malaysia, pesawat Qatar Airways "Setelah perjuangan cukup panjang, Alhamdulillah Allah menjawab doa-doa kami. Hari ini kami bisa berangkat atas izin-Nya." Titik kumpul pertama kami bertiga adalah di Jl. Margonda (depan Universitas Gunadarma kampus D). Aku datang pertama, sebelum jam 6 pagi dengan membawa 1 koper, 1 ransel, dan 1 tas slempangku. Sambil menunggu kedatangan teman-teman lain, aku merenung sekaligus bersyukur. Campur aduk perasaanku saat itu. Senang karena Allah Maha Baik serta masih sedikit tidak percaya bahwa hari ini akan tiba dan aku bisa berangkat menuju negara impianku, sekaligus sedikit sedih karena harus meninggalkan keluarga dan kampus tercinta sel

Jalan-Jalan di Kota Istanbul? Kenalan dulu dengan Transportasinya

Kalau mendengar kata Istanbul, mungkin yang pertama kali terbayang adalah identitas kota ini yaitu sebagai Kota Dua Benua. Memang benar, Kota Istanbul merupakan salah satu kota terbesar dan terpadat di Turki yang terletak di antara dua benua. Istanbul bagian Timur terletak di Benua Asia, dan Istanbul bagian Barat terletak di Benua Eropa. Keduanya dipisahkan oleh   sebuah selat yang bernama Selat Bosphorus. Gambar 1: Selat bosphorus yang memisahkan Benua Asia dan Eropa Sumber: GoogleMaps Latar belakang Kota Istanbul yang pernah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan seperti   Romawi, Bizantium, Ottoman, dan Konstantinopel membuat kota ini kaya akan sejarah dan bangunan bersejarahnya. Siapa yang tidak kenal dengan Blue mosque, Galata Tower, Aya Sophia, dan Topkapi Palace. Tidak heran jika Istanbul masuk kedalam 10 kota paling banyak dikunjungi wisatawan asing menurut Tahupedia.com. Sebagai kota pariwisata, Istanbul memiliki kapasitas yang sangat mendukung terutama dalam hal t

#Day 2: Welcome Turkey!

Minggu, 22 Mei 2016 Tokoh: aku (widi), Iqbal, kak Rahma, mas spiderman, mba orang Indonesia, Kak Andi, Gadis Turki, supir Bus Antalya, Supir Taxi Antalya, Mas Resepsionist Orange Hotel & Appartement. Lokasi: Hamad International Airport, Pesawat Qatar, Attaturk International Airport, Antalya Airport, Bus Umum Antalya, dan Taxi        Sekitar pukul 2 waktu Doha, kami sampai di Hamad International Airport, Qatar. Suasana atmosfer luar negeri sudah sangat terasa disini. Wajah-wajah sipit ala-ala melayu sudah jarang terlihat. Kebanyakan adalah wajah-wajah bermata belo seperti orang Arab dan timur tengah. MasyaAllah sekali, bandara di Doha, Qatar itu sangat maju, rapi, bersih, dan bagus. Lampu-lampu di atap yang berwarna kekuningan menambah kesan mewah bandara ini. Ada fasilitas kereta cepat juga yang berwarna putih bersih. Ruang tunggunya dan mushollanya sangat nyaman, kamar mandi super bersih, fasilitas minum gratis, wifi gratis, fasilitas escalator horizontal yang membuat