Indonesia.
Negeri nya indah dan elok.
Pulau-pulaunya ribuan, mengapung di lautan.
Garis pantainya panjang,
Gunung-gunung berjejer membentuk kompleks pegunungan, aktif maupun pasif.
Semuanya tersusun menjadi relief-relief muka bumi yang tak ternilai lagi keindahannya.
Salah satu keindahannya ada di tanah Banten, sebelah barat pulau Jawa. Sebuah pulau indah di perairan Selat Sunda.. Pulau Sangiang, Selat Sunda, Banten, Indonesia :)
Perkenalkan saya Wahyu Widi Astuti, Mahasiswa Geografi UI angkatan 2014 ingin berbagi cerita dan pengalaman saya berlibur di pulau ini. Sebelumnya
pengantar dulu yaa. Travelling kali ini sebagian besar disponsori oleh organisasi
KSG UI (Kelompok Studi Geografi Universitas Indonesia) dalam rangkaian acara
JJAT (Jalan-Jalan Akhir Tahun) kepengurusan KSG UI tahun 2015. Kalau biasanya
open trip ke Pulau-Pulau yang ada di selat Sunda itu membutuhkan biaya sekitar
300.000 s/d 700.000 rupiah untuk 2-3 hari, kita (anggota KSG UI) hanya
mengeluarkan biaya 200.000 rupiah saja. Sudah termasuk transportasi dari
meeting point ke Pulau, makan, dan penginapan. Cukup murah bukan? :’) Inti dari acara JJAT ini selain jalan-jalan
dan refreshing habis UAS sebenarnya adalah Evaluasi kepengurusan KSG UI periode
2015 dan Musyawarah pemilihan ketua KSG UI periode 2016. Langsung saja yaa,
check it dot :)
Acara
JJAT ini berlangsung dari tanggal 28-31
Desember 2015. Kita berangkat ke pulau menggunakan transportasi darat berupa
kereta, angkot dan transportasi laut berupa kapal kecil untuk menyebrang
pulau. Meeting point nya di Stasiun Tanah Abang tanggal 28 Desember 2015 malam
pukul 20.00 WIB. Saya berangkat dari Depok pukul setengah 8 malam setelah Sholat
Isya bersama teman-teman yang juga berangkat dari Depok. Kita berangkat naik
Commuter Line dari Stasiun Pondok Cina tujuan Tanah Abang. Sampai tanah abang
sekitar pukul setengah 9 malam. Telat memang dari waktu janjian, hehe :”) Tapi
setelah tahu bahwa kereta menuju Cilegon, Banten berangkatnya pukul 22.30 jadi
kezel seneng sedih gimanaa gitu. (Sebenarnya dibuat janjian pukul 20.00 WIB
supaya tidak telat-telat banget nanti naik keretanya. Karena kalau tertinggal
kereta bisa berabe urusannya, tidak
jadi liburan hehe :D). Disisi lain sedih karena di negara ini budaya telat itu
sudah biasa. Janjian pukul 8 baru pada sampai pukul setengah 10. Huft. Mungkin
pepatah “Waktu adalah uang” belum teresapi dengan baik di benak orang-orang
Indonesia. Kita sebenarnya bisa belajar dan berkaca pada negara Jepang yang
sangat menghargai yang namanya waktu :) Namun, mungkin butuh proses untuk bisa
menerapkannya. Kalau kata guru Bahasa Jerman di SMA saya, “Untuk merubah negara
sebesar ini, harus dimulai dari diri sendiri”. Yap, bener banget! Sebelum
mengingatkan orang lain “jangan telat”, kita juga tidak boleh telat dong
tentunya :)
Setelah
sampai di Stasiun Tanah Abang (tepatnya di dekat loket masuk ), kita mesti
menunggu kereta datang yang kabarnya tiba jam 22.30 WIB. Sebagian besar dari
kami membeli makanan terlebih dahulu
untuk makan malam dan sarapan besok pagi. Karena biaya 200.000 itu tidak
termasuk makan malam di tanggal 28 dan juga sarapan pagi di tanggal 29. Setelah
pukul 22.00 kami dapat kabar yang cukup mengecewakan dari pihak stasiun. Bahwa
kereta akan delay 3 jam dengan alasan yang tidak kami ketahui.
Itu berarti bahwa kereta bukan datang pukul setengah sebelas malam, tapi pukul setengah
2 dini hari. Huaaahh bête pun menghiasi wajah-wajah kami. Lihat lah
keterlantaran kami ini :D
(Stasiun Tanah Abang.
Foto oleh Ramzy Damasetio)
Dan
pada kenyataannya, kereta bukan sampai pukul setengah 2 dini hari, tapi pukul 2
dini hari. Hemm :( Kereta datang, wajah kami langsung sumringah,sambil bercibir tentunya
“Pantesan delay, keretanya aja jalannya lama banget, udah kayak kelomang” –
Luluun, Geo’14
Kereta kita merupakan Kereta Krakatau kelas ekonomi tujuan
Cilegon (kode 165), tepatnya di gerbong 1. Ketika masuk kereta dan menempati
tempat duduk masing-masing, banyak yang langsung terlelap tidur, namun ada juga
yang masih berkeliaran mondar-mandir (read: nyari & minta makanan). Kereta ini
cukup nyaman, AC dan kamar mandi berfungsi dengan semestinya. Hanya bangkunya
saja yang keras sehngga kurang nyaman untuk tidur, maklum kelas ekonomi :D.
Tapi tidak terlalu menjadi masalah untuk kami. Saya tetap terlelap sampai
akhirnya Pukul 5 pagi ada teman yang membangunkan saya (lupa siapa) untuk
Sholat Subuh. Kami sholat Subuh di kereta dalam keadaan duduk. Ini adalah salah
satu bagian yang saya suka di perjalanan ini. Karena tidak semua rombongan
perjalanan tetap memerhatikan yang namanya “ibadah” ketika melakukan sebuah
perjalanan liburan :)
Kereta
akhirnya sampai di Stasiun Cilegon tanggal 29 Desember 2015 sekitar pukul
setengah 7 pagi. Setelah keluar dari stasiun, ada 3 angkot yang sudah berjejer
di depan stasiun. Angkot itu merupakan angkot yang disarter oleh panitia untuk
mengantarkan kami ke Pelabuhan Anyer, Banten. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk
menuju ke Pelabuhan Anyer. Di sepanjang perjalanan banyak sekali kawasan
industri yang kami lewati. Misalnya kawasan industri Krakatau Steel, Semen
Padang, Semen Holcim, dan lain-lain. Jadi tidak heran jika polusi udara di kota
ini lumayan parah. Asap-asap berwarna hitam pekat menjulang ke langit keluar
dari cerobong-cerobong asap yang tingginya terlalu rendah dengan permukaan
tanah. Hanya ada rumah, pasar, dan kawasan industri saja yang dapat saya temui
di perjalanan sepanjang menuju pelabuhan. Dan inilah wajah pelabuhan yang
akan menjadi titik awal saya mengarungi lautan luas.
( Pelabuhan Anyer Lor)
Kami
naik kapal kecil penduduk Pulau Sangiang yang sudah sedari tadi berlabuh di
pelabuhan Anyer. Ada 3 kapal yang disewa oleh Panitia. Satu kapalnya memiliki
kapasitas kurang lebih 15 orang.
(Ukuran
kapalnya ¼ lebih kecil dari yang saya foto)
Setelah
semuanya sudah dipastikan naik ke atas kapal, kami pun langsung berangkat menuju
Pulau Sangiang Banten. Yeaayy rasa takut, takjub, senang, becampur aduk menjadi
satu. Takut karena baru pertama kali naik kapal kecil di lautan luas (jarak antara badan dan air laut hanya
kurang dari 1 meter). Takjub karena melihat indahya ciptaan Allah SWT yaitu
lautan yang biru sepanjang mata memandang. Senang karena bisa melakukan
perjalanan ini dengan teman-teman tercinta yang asik <3.
Ombak pagi itu sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu tenang. Namun bisa dikatakan lebih ke tenang. Kami sangat menikmati pemandangan sepanjang perjalanan laut menuju pulau. Awalnya kami melihat kawasan-kawasan industri yang masih terlihat di pinggir-pinggir pelabuhan. Mulai menjauh dari pelabuhan, mulai terlihat kapal-kapal tanker besar yang menurut prediksi saya dan teman-teman adalah kapal tambang. Tambang minyak bumi dan gas alam sepertinya.
(Kapal Tanker di Perairan Selat Sunda. Photo by: Nadzira Fadhillah)
Kapal-kapal itu diam, tidak bergerak maupun berjalan. Sedang menyedot minyak dan gas di dasar laut, pikirku. Aku sempat membaca salah satu kapal besar tersebut bertuliskan “LPG”. Oooh gas LPG awalnya ngambil disini toh :D. Makin menjauh lagi dari pelabuhan beberapa pulau mulai nampak terlihat. Ada yang menyebut yang terlihat itu Gunung Krakatau, Anak Krakatau, Pulau Sebesi, dll. Entah, aku tidak terlalu mempedulikannya. Yang menjadi perhatianku saat itu adalah sebuah pulau cukup besar yang ada didepan mata yang semakin lama semakin dekat saja. Yaps, Pulau Sangiang. Pulaunya cukup besar, garis pantainya banyak, namun tempat pertama yang kami kunjungi adalah pelabuhan Pulau Sangiang. Dimana disana terdapat beberapa homestay warga penduduk Sangiang yang akan menjadi tempat penginapan kami beberapa hari kedepan. Sebelumnya kami melewati hutan bakau terlebih dahulu. Karang-karang yang ada dibawah bisa terlihat dengan cukup jelas karena saking jernihnya air.
(Hutan
Bakau sebelum masuk Pulau Sangiang. Gambar oleh Wahyu Widi Astuti (atas) dan
Nadzira Fadhillah (bawah))
Dan
akhirnya tidak lama kemudian kami telah sampai di Pulau Sangiang dan disambut
oleh warga-warga yang ramah-ramah :)
(Pintu Selamat Datang
Pulau Sangiang)
Jika kebanyakan orang menulis di blog “agak terkejut” dengan
kondisi rumah-rumah warga disini, saya sudah tidak begitu terkejut lagi karena
sebelum ke sini saya menyempatkan untuk membaca beberapa blog yang menceritakan
tentang pulau ini. Menurut blog yang pernah saya baca, total penduduk yang
tinggal di pulau ini berjumlah 45 orang. Memang saat saya kesana pun terlihat
sangat sedikit orang-orangnya dan kebanyakan itu adalah laki-laki. Selama
disana saya jarang melihat perempuan kecuali ibu-ibu dan anak kecil perempuan.
Bahkan saya tidak pernah melihat remaja perempuan yang seusia dengan saya dan
teman-teman dari KSG UI. Rumah penduduk disana juga masih sangat sederhana.
Rumah berupa rumah panggung yang terbuat dari potongan-potongan kayu. Rombongan
kami menyewa 2 rumah warga untuk djadikan penginapan kami 2 hari kedepan. Satu
untuk perempuan dan satunya lagi untuk laki-laki. Dan karena rumah penduduk di
pulau ini masih sedikit, MCK pun juga terbatas. Hanya ada 4 MCK di satu pulau
(3 yang berpintu dan 1 yang bertirai). Listrik pun juga perlu menjadi catatan
nih. Listrik hanya nyala dari pukul 6 sore sampai 3 pagi. Terkadang jika
dibutuhkan pukul 6 pagi listrik dinyalakan lagi untuk keperluan mandi dan buang
air. Jadi kalau mandinya siang-siang harus nimba dulu yaa di sumur :) Pulau ini tidak
terjangkau oleh PLN, listrik hanya mengandalkan Genset seadanya di beberapa rumah
saja. Jadi jika ingin liburan ke pulau ini jangan harap ada fasilitas
penginapan seperti hotel ataupun losmen yaa :D
Ada satu masjid untuk beribadah umat Islam di pulau ini. Namun herannya
(ini bagian lainnya yang saya suka) bahwa bangunan masjid disini lebih bagus
dibandingkan rumah-rumah warganya. Dindingnya dibuat permanen dan lantainya
dibuat keramik. Di dekat masjid juga terdapat semacam balai untuk duduk-duduk
namun permanen karena dibuat dengan tembok dan lantainya dengan keramik. Ada
beberapa buku bacaan Sekolah Dasar di balai itu. Saya menyimpulkan bahwa tempat
tersebut adalah taman membaca anak. Anak-anak di pulau ini sebagian ada yang
bersekolah, namun sekolahnya cukup jauh yakni berada di Anyer, Banten. Itu berarti mereka harus menyebrangi lautan
terlebih dahulu selama kurang lebih 1.5-2 jam untuk bersekolah. MasyaAllah kuat
sekali anak-anak ini semangatnya :) Oya satu hal penting lagi yang perlu di perhatikan jika liburan di pulau ini
adalah bawa lossion anti nyamuk. Karena kalau malam banyak sekali nyamuk
disini. Dan juga banyak binatang-binatang yang hidup lepas seperti anjing,
kucing, kambing, dan ayam. Tapi mereka semua jinak kok. Mereka tidak akan
mengganggu kita jika kita tidak mengganggu mereka :)
Beruntung
rumah yang kami sewa tidak terlalu jauh dari Pelabuhan Sangiang. Setelah sampai
di homestay, kami langsung menaruh barang-barang dan bergegas untuk berganti
pakaian karena kegiatan selanjutnya adalah snorkeling di Lagoon Waru. Biaya
peminjaman alat-alat snorkeling 30.000 rupiah termasuk pelampung, kacamata, dan
alat bantu pernapasan snorkeling. Jika ingin menambah meminjam kaki katak biaya
snorkeling menjadi 50.000. Kami melewati hutan bakau lagi untuk menuju ke spot
snorkeling. Sejujurnya saya takut air, jadi semakin kapal tersebut menjauh dari
pulau, saya semakin khawatir bahwa lokasi snorkeling berupakan laut yang dalam.
Dan benar saja, kapal kami berhenti di laut yang berwarna biru agak tua yang artinya adalah laut yang cukup
dalam. Saya sempat pikir-pikir lagi
ingin melanjutkan snorkeling atau tidak karena kata teman yang sudah terlebih
dahulu menceburkan diri ke laut gelombangnya sedang agak besar. Ditambah lagi dengan saya yang tidak bisa
berenang. Huft. Tapi daripada tidak mencoba sama sekali akhirnya saya mencoba
memberanikan diri untuk menceburkan diri ke laut. Butuh proses memang untuk
belajar teknik agar bisa dengan nyaman melihat karang-karang yang ada di bawah
sana. Karena jika tidak menguasai tekniknya, snorkeling hanya terganggu dengan
mata perih kemasukan air laut, tenggorokan sakit kemasukan air laut, badan
luka-luka karena terkena besi kapal, terombang ambing terbawa gelombang, dll.
Alhasil saya snorkeling hanya di dekat perahu saja (read: pegangan tangga
perahu) hehehe.
(Snorkling di Lagoon Waru)
`Setelah
cukup puas snorkeling kami kembali ke homestay dan bersih-bersih. Setelah
bersih-bersih , waktunya untuk meminum Es Degan/Es Kelapa bersama teman-teman
:D. Di Pulau ini ada warung yang menyediakah es degan, bakwan, mie rebus atau
mie goreng, dan berbagai es-es an. Harganya cukup murah di pulau ini meskipun
agak mahal kalau di Jakarta. Es Degan 10 ribu, bakwan seribu (bakwan nya uenake
poll, harus coba!), es nutrisari 5ribu, mie instan pakai telor 10ribu. Maklum,
bahan makanan disini perlu diangkut pakai kapal dari pelabuhan anyer terlebih
dahulu, jadi permasalahan sebenarnya adalah berat di ongkos :D
(Habis snorkling enaknya minum es degan)
Setelah
makan degan, makan siang, dan sholat zuhur kami semua kembali ke penginapan.
Karena kelelahan kami terlelap tidur hingga sore. Panitia meminta agar kumpul
lagi pukul 4 sore karena kami akan bermain air di Pantai yang cukup dekat
dengan penginapan yaitu Pantai Pasir Panjang. Pantainya indah, pasirnya putih,
banyak bukit-bukit karang, namun sangat disayangkan banyak sampah di pantainya.
Sampah-sampah tersebut berupa sampah plastik bekas makanan, ranting-ranting
kayu, sandal, dan lainnya. Mungkin bekas manusia-manusia yang telah lebih
dahulu kesini. Memang tidak ada tempat sampah yang berbentuk “tong sampah”
disini. Sehingga mungkin jika ada traveler yang ingin ke pulau ini alangkah
baiknya membawa/ menghibahkan tong sampah kepada penduduk di pulau ini ^_^
Setelah kami puas untuk berfoto-foto dan menikmati Sunset,
saatnya kembali penginapan untuk melaksanakan Shalat Maghrib sekaligus Isya
sebelum berangkat ke Pantai Pasir Panjang lagi untuk acara barbeque. Sepanjang
perjalanan menuju Pantai Pasir Panjang di malam hari sangat gelap, tidak ada penerangan
lampu-lampu jalan seperti di desa-desa pada umumnya, jadi bagi para traveller
jangan lupa untuk membawa senter ataupun headlamp ya :D
Barbeque-an di pantai Pasir Panjang cukup
mengasyikkan. Kita dapat menikmati suasana pantai di malam hari dengan angin
sepoi-sepoinya. Selain itu juga kita
dapat memandangi bintang di langit yang berhamburan. Disarankan untuk membawa koran
atau matras untuk menjadi alas tiduran ketika di pantai. Namun jangan lupa yooo
setelah barbeque-an dan menikmati bintang di pantai sampahnya di buang di
tempat yang benar. Jangan di buang sembarangan. Jangan menjadi traveller yang
menikmati keindahan alam sekaligus merusak alam :)
Setelah
barbeque dan kembali ke penginapan barulah mulai ke acara inti dari perjalanan
kami ini. Yaitu Musyawarah pemilihan ketua KSG yang baru periode 2016. Ini
adalah salah satu bagian lainnya yang
saya sukai. Bukan dengan voting atau pemilihan suara terbanyak, melainkan kita
melakukannya dengan musyawarah dimana semua aspek di pertimbangkan, dan semua
tanggapan di terima dan selanjutnya di pertimbangkan lagi dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Hingga akhirnya mendapatkan satu nama yang
InsyaAllah akan menjabat setahun kedepan dengan tidak ada satupun dari anggota
musyawarah yang keberatan lagi dengan terpilihnya orang tersebut. Saya jadi ingat kembali di zaman nabi Muhammad,
cara terbaik dalam memilih seorang pemimpin adalah dengan melakukan musyawarah.
Musyawarah selesai dan satu nama telah terpilih. Agenda dilakukan dengan
istirahat karena kata panitia keesokan harinya kita akan lanjut lagi dengan
agenda lain yaitu keliling pulau dengan kapal dan juga tracking ke goa
kelelawar, bukit megah, dan puncak harapan.
Esok harinya setelah shalat Subuh, bersih-bersih diri, dan
juga sarapan, kami telah siap untuk pergi mengelilingi pulau dengan kapal. Kabarnya
kapal akan tiba pukul 9 pagi. Namun karena mendapat kabar dari panitia bahwa
kapalnya akan tiba pukul 10, kami menunggu lagi. Kemudian setelah pukul 10, Ada kabar lagi
kapalnya akan datang pukul 11, sehingga kami menunggu lagi. Setelah pukul 11
dapat kabar lagi dari pengelola kapal bahwa salah satu kapal yang akan kita
tumpangi karam dan tidak bisa datang. Sehingga akhirnya kami gagal untuk
melakukan perjalanan keliling pulau dengan kapal. Jadi kegiatan yang bisa kami
lakukan adalah tidur siang. Ada juga yang minum es degan, ada juga yang mengisi
waktu dengan main kartu uno. Nanti jam 3 sore kami akan melanjutkan lagi
perjalanan tracking ke goa kelelawar, bukit megah dan puncak harapan.
Perjalanan
tracking dilakukan bersama-sama seluruh anggota KSG. Ditemani dengan beberapa
bapak tour guide (penduduk Pulau
Sangiang). Disarankan jika ingin tracking menggunakan celana panjang dan baju
panjang serta memakai lossion anti nyamuk karena sepanjang perjalanan akan
banyak sekali nyamuk. Kami berangkat pukul 3 sore. Tujuan pertama kami adalah
ke goa kelelawar. Goa kelelawar merupakan sebuah goa yang dasarnya merupakan air
laut, jadi jangan bayangkan kita bisa memasukinya seperti hal nya goa pada
umumnya. Konon, jika sedang beruntung kita dapat melihat hiu di goa tersebut.
Seperti namanya, di goa kelelawar banyak sekali kelelawar, sehingga di dekat
goa tersebut timbul bau menyengat yang mungkin bau tersebut berasal dari
kotoran kelelawar yang terakumulasi selama jutaan tahun. Berikut ada fotonya:
(Sumber foto: https://fianprasetia.files.wordpress.com/2013/11/goa-kelelawar1.jpg)
Kami
hanya sebentar di goa kelelawar karena tidak tahan dengan baunya. Diatas goa
kelelawar tersebut terdapat sebuah bukit yang disbut dengan bukit megah. Tempat
ini merupakan spot yang sangat bagus untuk foto. Karena tempat ini merupakan
sebuah tebing yang bawahnya merupakan pantai dan lautan lepas. Yaaa 11 12 lah
dengan Uluwatu yang ada di Bali :D Namun, kita mesti hati-hati ketika sedang
berfoto-foto ataupun selfie karena batas aman yang dibuat disini hanya dibuat
dari tali tambang saja. Perjalanan dilanjutkan ke puncak Harapan. Tempat ini
tidak jauh beda dengan yang ada di bukit megah. Merupakan sebuah tebing curam
yang bawahnya langsung ke laut, namun dari kejauhan terlihat Pantai Pasir
Panjang yang kemarin kita kunjungi.
(Bukit Megah, Pulau
Sangiang, Banten, Indonesia)
Setelah
dari puncak harapan, Bapak Tour Guide mengajak kami turun ke pantai yang ada
dibawah tebing. Saya sempat bertanya-tanya kebingungan “Ini serius kita turun
kebawah? Itu kan tinggi banget”. Memang ada tangga sih di bawah, namun sebelum
menuruni tangga kita harus mnuruni beberapa bongkah batu menggunakan tali
tambang besar. Ada dua orang bapak tour guide yang menjaga dan membantu kami di
tebing tersebut. Saya yang memang agak sedikit takut dengan ketinggian
mengurungkan niat untuk turun. Tapi melihat satu persatu teman-teman KSG mulai
pada turun ke pantai dan berlari-lari main air. Itu sungguh membuat iri.
Akhirnya saya memutuskan untuk turun kebawah meskipun dengan sedikit rasa
takut. Ini pengalaman baru buat saya, bisa menuruni tebing hanya dengan tali
dan tidak memakai safety apapun. Sangat menguji adrenalin. Bagi yang suka
tantangan bisa coba spot ini :D Namun harus tetap hati-hati yaa tentunya.
Di
bawah pantai terdapat banyak batu besar dan bongkahan karang-karang. Ada goa
kelelawar juga disana. Entah, itu goa kelelawar yang sama dengan yang tadi kami
kunjungi atau bukan, bedanya kita melihat goa itu dari sisi pantai, bukan dari
sisi daratan seperti sebelumnya. Baunya tidak terlalu menyengat seperti di goa
kelelawar sebelumnya. Dibawah goa tersebut masih sama, dasarnya berupa air
laut. Terlihat ada banyak ikan yang berenang di bawah sana. Saking jernih
airnya :D Spot ini juga sangat bagus untuk foto-foto dan menikmati sunset. Namun
karena hari semakin sore, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke penginapan.
Kami harus naik ke tebing tadi lagi untuk berangkat pulang. Dan itu berarti
adrenalin saya di uji kembali. Haha.
Sampai
di penginapan kemudian bersih-bersih mandi, sholat maghrib dan isya, serta
makan malam. Setelah itu dilanjutkan dengan acara inti kedua setelah malam
sebelumnya. Evaluasi kepengurusan KSG 2015. Disini saya belajar banyak untuk saling
menerima kekurangan dan kelebihan orang lain dalam suatu organisasi serta cara
rapat yang baik dan kondusif.
Esok
harinya kami harus berangkat sangat pagi yaitu jam 6 pagi. Karena kami harus
mengejar kereta dari Cilegon yang berangkatnya jam 9 pagi. Dan kami berangkat
pukul setengah 7 karena ada kendala dengan kapal salah satu penduduk yang akan
mengantar kami. Pagi itu ombak di laut cukup besar. Kapal kami terkoyak-koyak
di tengah lautan luas. Begitu juga dengan perut kami. Baru kali ini saya
merasakan eneg yang luar biasa. Mungkin ini yang namanya mabuk laut :D Saya
sempat takut dan terus memanjatkan doa agar selamat sampai tujuan. Alhasil kami
hanya bisa melelapkan mata untuk mengurangi rasa eneg tersebut. Rasanya lamaaa
sekali di lautan. Kapal terasa tak kunjung sampai ke Pelabuhan Anyer Lor.
Pukul
setengah 9 kapal kami sampai di Pelabuhan Anyer Lor. Terlihat wajah-wajah mabuk
laut kami dan lemas duduk di pinggiran jalan :D Kami netralisir dengan sarapan
pagi sebelum melakukan perjalanan lagi menggunakan angkot ke Cilegon. Setelah
cukup mendingan dari wabah mabuk laut kami semua naik angkot yang telah
disarter oleh panitia menuju Stasiun Cilegon. Dan Alhamdulillah kami tepat
waktu sampai stasiun dan langsung tukar tiket online dan masuk ke dalam kereta.
Kereta cukup lengang, Alhamdulillah kami sampai Jakarta (Stasiun Tanah Abang)
pukul 12.30.
Dan dengan ini liburan menyenangkan di Pulau Sangiang pun telah berakhir. Kami semua pulang kerumah masing-masing dengan selamat. Semoga bermanfaat postingan kali ini :)
Salam
Depok, 7 Januari 2016
Wahyu Widi Astuti
Comments
Post a Comment